Menimba Ilmu dari Tebu Semboro
Kunjungan : Pak doni, dewan direksi PG Semboro memberi penjelasan kepada
mahasiswa (dok.Herman/Manifest)
|
“Diharapkan
setelah kunjungan lapang ini, ada inovasi yang dikembangkan berkaitan dengan
mekanisasi dan proses produksi yang ada di PG Semboro.”
Sabtu pagi, 9 Mei
2015. Tidak seperti biasanya, suasana di depan gedung dekanat Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP UJ) ramai dengan mahasiswa yang
berkumpul. Memang saat itu, saya dan teman-teman mahasiswa FTP jurusan Teknik
Pertanian (TEP) angkatan 2014 akan melakukan kunjungan lapang ke salah satu
pabrik yang ada di Kabupaten Jember, Pabrik Gula (PG) Semboro. Total mahasiswa
dan dosen yang ikut dalam kunjungan lapang ini sebanyak 107 orang. Kunjungan
ini merupakan salah satu agenda yang dibentuk oleh tim dosen pengampu
matakuliah Manajemen Agroindustri (MA) dan Alat Mesin Pertanian (Alsintan).
Saya dan
kawan-kawan mahasiswa TEP 2014 pun menyambut baik dengan adanya kunjungan
lapang ini. “kunjungan lapang ini lumayan bagus untuk mahasiswa, jadi mahasiswa
itu tidak hanya mengetahui materi saja, mengetahui tentang teori saja, tapi
kita tahu prakteknya di daerah luar, realnya
kita dapat mengetahui tentang kunjungan lapang kali ini.” Ungkap Hilmi, salah
satu mahasiswa TEP 2014 kelas C.
“Kalau kataku
sendiri sih, bagus ya. Soalnya kita ke lapangan sendiri, kita melihat sendiri
bagaimana sih keadaan yang ada di lapangan.” Kata erwin, mahasiswa TEP 2014
kelas B. Dia juga menambahkan bahwa kegiatan semacam kunjungan lapang ini jauh
lebih efisien daripada hanya membaca buku tentang materi. Kunjungan lapang ini
juga menurutnya dapat lebih mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya yang ada di
lapangan.
“Menurut saya baik
ya, jadi kunjungan lapang ini akan menambah wawasan kita tentang pengetahuan
luar. Jadi kita tidak terlalu menoton di kampus.” Tambah Idho, mahasiswa TEP
2014 kelas A. Kunjungan lapang seperti ini seakan menjadi obat bagi kami untuk
sejenak melupakan rutinitas yang penat di dalam kampus, yang setiap harinya
hanya sibuk mengerjakan laporan, tugas, presentasi, serta praktikum, tanpa ada
implementasi yang nyata dari apa yang sudah kami pelajari.
Sesuai dengan
kesepakatan antara tim dosen dan mahasiswa, ditentukan bahwa mahasiswa berkumpul
pukul 06.30 dan berangkat pada pukul 07.00. Namun seperti biasa, “jam karet”
yang berlaku di Indonesia ternyata juga berlaku pada saat kunjungan lapang kali
ini. Entah apakah masih ada kawan-kawan dari TEP 2014 yang belum datang atau
ada salah koordinasi di pihak panita, saya berfikir positif saja. Karena disini
tujuan saya dan kawan-kawan untuk belajar langsung ke lapangan dan
mengaplikasikan ilmu yang kami peroleh di bangku kuliah. Akhirnya setelah
menunggu setengah jam, kami pun berangkat menuju PG Semboro dengan menggunakan
2 bus Damri. Sementara tim dosen menggunakan mobil dinas dari dekanat.
Saat Perjalanan
PG Semboro terletak di daerah Desa Semboro, Kecamatan Tanggul. Lokasinya sangat mudah dijangkau, 35 km dari pusat kota Jember. Dari terminal Tawang Alun Jember lurus saja ke barat sekitar 21 km menuju alun-alun Tanggul. Sebelum Alun-alun tanggul terdapat pertigaan, belok ke kiri. Sekitar 6 km setelah pertigaan barulah sampai di PG Semboro.
PG Semboro terletak di daerah Desa Semboro, Kecamatan Tanggul. Lokasinya sangat mudah dijangkau, 35 km dari pusat kota Jember. Dari terminal Tawang Alun Jember lurus saja ke barat sekitar 21 km menuju alun-alun Tanggul. Sebelum Alun-alun tanggul terdapat pertigaan, belok ke kiri. Sekitar 6 km setelah pertigaan barulah sampai di PG Semboro.
Banyak hal yang
terjadi saat kami sedang melakukan perjalanan menuju PG Semboro. Di tengah
perjalanan, kami dihubur oleh banyaknya baliho dari calon bupati Jember yang menghiasi
jalanan yang kami lewati. Ya memang, sebentar lagi Jember akan mengadakan
sayembara untuk memilih pemimpinnya. Namun itu tidak mengurangi sedikit pun
rasa senang kami. Di dalam bus, kami bercanda tawa, bernyanyi, dan berdiskusi
tentang apa saja yang akan dilakukan saat sudah tiba di Semboro. Sungguh
suasana yang berbeda, ketika kami di kelas dituntut serius menyimak dan
mendiskusikan materi yang diberikan.
Waktu pun berlalu
dengan cepat. Sekitar pukul 08.30 kami sampai di PG Semboro. Tepat saat kami
berkunjung, di Desa Semboro sedang berlangsung acara penyambutan panen raya.
Daerah sekitar pabrik disulap menjadi semacam pasar yang menjual berbagai souvenir khas dari Semboro. Kami hanya
melewati saja pasar tersebut, karena fokus dari kunjungan kami bukan untuk berbelanja,
namun untuk belajar proses pengolahan tebu yang ada di Semboro.
Mengenal Pengolahan Tebu Semboro
Setelah masuk di
area pabrik, kami langsung disambut oleh para petinggi PG Semboro. Untuk
mempersingkat waktu, kami langsung diarahkan untuk membuat 4 kelompok besar
yang masing-masing didampingi oleh instruktur dari pihak pabrik, agar dapat
mempermudah kami untuk belajar tentang pengolahan tebu menjadi gula yang ada di
PG Semboro. Setelah itu, kami langsung darahkan oleh instruktur untuk masuk ke
dalam pabrik dan dikenalkan proses pengolahan tebu menjadi gula.
“kunjungan lapang
ini kita fokuskan untuk praktikum matakuliah MA dan Alsintan. PG Semboro dipiih
karena menurut beberapa stakeholder
yang bergerak di bidang agroindustri, PG sendiri ini sudah menerapkan teknik
pengolahan yang baru.” Kata Sri Wahyuningsih, ketua tim dosen. Memang PG
Semboro sendiri pada tahun 2009 sudah mengubah teknik pengolahan sulfitasi
menjadi teknik pengolahan remelt karbonitasi. Revitalisasi pabrik ini dilakukan
agar produksi gula meningkat, dari yang sebelumnya hanya dapat memproduksi
sekitar 45.000 kui menjadi sampai 70.000 kui.
Tujuan proses
remelt karbonitasi untuk meningkatkan kualitas gula produk dengan cara
“memurnikan” kembali gula a (raw sugar) dengan proses karbonatasi, sehingga
diperoleh icumsa gula yang lebih baik. Proses ini memiliki banyak keunggulan,
yaitu kualitas gula yang dihasilkan lebih baik, dapat menambah nilai
pendapatan, pemasaran lebih mudah, tidak adanya kandungan sulfur di dalam gula
yang dihasilkan, ramah lingkungan (pemanfaatan CO2), serta
tersedianya bahan pembantu (kapur).
Menurut Kristian
Dony, salah satu kepala bidang produksi PG Semboro, kelemahan dari proses
pengolahan remelt karbonitasi adalah proses ini lebih panjang dan rumit
daripada proses pengolahan sulfitasi. Berbeda dengan sulfitasi, remelt
karbonitasi sendiri hanya menggunakan proses defekasi dalam stasiun pemurnian.
Namun pengolahan ini memakai 2 stasiun kristalisasi sekaligus, karena setelah
proses kristalisasi pertama, tetes tebu akan mengalami proses remelt
kabonitasi, yang selanjutnya akan dikristalisasi ulang pada pada proses
kristalisasi kedua.
Manfaat yang Diperoleh
Setelah puas
diajak berkeliling untuk mengetahui proses pengolahan tebu menjadi gula yang
ada di PG Semboro, kami pun langsung diajak menuju ruang aula pabrik yang
letaknya tidak jauh dari pabrik produksi. Disana ternyata pihak PG sudah
menyiapkan materi yang akan dipresentasikan dan didiskusikan bersama mahasiswa.
Banyak pertanyaan yang diberikan mahasiswa kepada pihak pabrik terkait dengan
proses pengolahan remelt karbontasi, sehingga suasana diskusi menjadi hidup.
Pihak pabrik sendiri cukup lengkap menjawab pertanyaan dari mahasiswa, sehingga
para mahasiswa lebih memahami tentang bagaimana proses pengolahan tebu menjadi
gula dengan menggunakan proses remelt karbonatasi. “Diharapkan setelah
kunjungan lapang ini, ada inovasi yang dikembangkan berkaitan dengan mekanisasi
dan proses produksi yang ada di PG. Semboro.” Ungkap Satrio, salah satu dewan
direksi PG Semboro sebelum acara diskusi ditutup.
“Tentu ada manfaatnya,
banyak ya. Kalau kita tidak tahu, mungkin kita tidak bisa berfikir bagaimana
sih proses pembuatan gula, mungkin kita hanya bisa mengkonsumsinya saja.” Kata
Agus, Mahasiswa TEP 2014 Kelas B. Agus juga menambahkan dengan ilmu yang diperoleh
tadi, bahwa proses pembuatan gula itu banyak tahapnya, dan hasil yang
didapatkan pastinya akan memuaskan.
“manfaat yang
diperoleh sangat banyak. Dalam segi pengetahuan tentang alat dan mesin pasca
panen, serta mekanisasi pembuatan gula yang lebih efisien dan efektif.” Ungkap
Fajar, Mahasiswa TEP 2014 Kelas B sekaligus ketua angkatan jurusan TEP 2014.
Sri Wahyuningsih
juga mengharapkan kepada seluruh mahasiswa TEP 2014, dengan adanya kunjungan
lapang ini, mahasiswa mampu memetakan dan mendeskripsikan kegiatan manajemen
agroindusitri serta penerapan alat dan mesin pertanian di lapangan. Perlu ada
inovasi yang nantinya harus dikembangkan oleh mahasiswa terkait dengan adanya
kunjungan lapang seperti ini.
Setelah istirahat, sholat, dan makan sekitar pukul 14.00 kami semua rombongan TEP 2014 kembali menuju fakultas untuk pulang. Banyak hal yang dapat kami peroleh setelah melakukan kunjungan lapang ini. Kami dapat mengetahui bagaimana cara pengolahan gula yang ada di PG Semboro, manajemen yang ada disana, serta pengalaman yang berharga. Dan yang terpenting, tebu Semboro banyak memberikan kami ilmu yang bermanfaat dan efektif daripada hanya mengerjakan laporan, tugas, dan presentasi di depan kelas tanpa ada implementasi yang nyata terkait materi yang dipelajari.[SNTL]
Setelah istirahat, sholat, dan makan sekitar pukul 14.00 kami semua rombongan TEP 2014 kembali menuju fakultas untuk pulang. Banyak hal yang dapat kami peroleh setelah melakukan kunjungan lapang ini. Kami dapat mengetahui bagaimana cara pengolahan gula yang ada di PG Semboro, manajemen yang ada disana, serta pengalaman yang berharga. Dan yang terpenting, tebu Semboro banyak memberikan kami ilmu yang bermanfaat dan efektif daripada hanya mengerjakan laporan, tugas, dan presentasi di depan kelas tanpa ada implementasi yang nyata terkait materi yang dipelajari.[SNTL]
0 comments:
Posting Komentar